Bukan cuma almarhuma yang bersedih hati, kue lapis pun menangis tercerai-berai lunglai sampai kita cerai! karena tak ada satupun no one yang ingin memakan bahkan menyentuh, menghirup aroma, dan mencumb—lupakan. Ada kakak-kakak menawarkan sepiring pempek, saya ambil piringnya, lalu saya cabik-cabik semua pempek itu dengan beringas dan penuh amarah yang menggebu-gebu seperti tebu di dalam subsiteng.
Wah! Ternyata kodok itu bisa ngomong, pasti dia kodok yang tersesat! "Hai qnalin q q0d0q, qi-ou-di-ou-qi sie alay dari kampung sebelahh" sembari mengedipkan sebelah mata dan memelet-meletkan lidahnya. "Tompelmu manis" ucap q0d0q kepada adek saya, lalu melesat pergi, takut ditendang lagi kali yah? "APAH!!!? AKU TIDAK PUNYA TOMPEL! DASAR BINATANG TIDAK BERPERIKEBINATANGAN!" teriak sang adek murka. Imajinasi ini pun berpacu dengan liarnya.
Sesampainya di rumah, saya melihat sesuatu yang janggal sesuatu yang ganjil dan tidak biasa di dahi adek saya dan itu mengusik pikiran saya. ITU TOMPEL! Tompel woi tompel! Padahal seingat saya adek saya tidak menyimpan perasaan kepada tompel. Mungkin itulah yang dimaksud q0d0q tadi, benar-benar tompel ini adalah sebuah misteri tak termenetaskan.
Ternyata setelah saya berpikir(pake otak) dan mengamati tak karuan, bisa disimpulkan we can conclude that it's a serangga atau insect in english. Mungkin dari tempat yasinan tadi, terus adek saya ambil tuh serangga "Ngisep nih,"
"Ngisep pikiran dan akal sehat nih jangan-jangan. AAA!!! aku inonsemia, kamuu! kamu siapah!?"
TAMAT
krik.. krik..
*mengheningkan cipta